BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sumber
daya terpenting suatu organisasi adalah sumber daya manusia atau orang-orang
yang memberikan tenaga, bakat, kretivitas dan usaha mereka kepada organisasi.
Beberapa tugas-tugas kepemimipinan krisis manajer mencakup penarikan,
penyeleksian, pengembangan dan penggunaan sumber daya manusia dalam pencapaian
tujuan organisasi. Tanpa orang-oarang yang cakap, organisasi dan manajemen akan
gagal mencapai tujuannya. Bagaiman manajer melaksanakan fungsi penyusunan
personalia (staffing) secara efektif akan memnentukan sukses atau kegagalan
mereka sebagai manajer.
Penyusunan
personalia adalah fungsi manajemen yang berkenaan dengan penarikan, penempatan,
pemberian latihan, dan pengembangan anggota-anggota organisasi. Dalam makalah
ini akan dibahas bagaimana organisasi memnentukan kebutuhan sumber daya manusia
sekarang dan di waktu yang akan datang, bagaimana manajer menarik dan
menyeleksi orang-orang dengan kemampuan potensial paling baik untuk setiap
posisi, bagaimana manajer memberikan latihan agar mereka melaksanakan pekerjaan
dengan efektif, dan akhirnya, macam program pengembangan yang paling baik bagi
organisasi.
Kegiatan-kegiatan
penyusunan personalia sangat erat hubungannya dengan tugas-tugas kepemimpinan,
motivasi, komunikasi, sehingga pembahasannya sering ditempatkan sebagai bagian
dari fungsi pengarahan. Tetapi fungsi ini berhubungan erat dengan fungsi
pengorganisasian, dimana pengorganisasian mempersiapkan “kendaraan”nya dan
penyusunan personalia mengisi “pengemudi”nya yang sesuai dengan posisi kerja
yang ada. Hal ini tidak perlu menjadi perdebatan, karena semua fungsi manajemen
saling kait-mengkait dan mempengaruhi dengan yang lain. Akhirnya, fungsi
penyusunan personalia harus dilakukan oleh semua manajer, baik mereka mengelola
perusahaan besar maupun menjadi pemilik perusahaan kecil.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah staffing (penyusunan personalia)
itu ?
1.2.2 Apakah tujuan dari staffing itu ?
1.2.3 Apakah prinsip dari staffing itu ?
1.2.4 Apa saja unsur-unsur dari staffing ?
1.2.5 Apa hubungan staffing dengan
pengorganisasian ?
1,2,6 Bagaimana proses staffing (penyusunan
personalia) itu ?
1.2.7
Bagaimana perencanaan sumber daya
manusia ?
1.2.8 Bagaimana cara penarikan dan seleksi
karyawan ?
1.2.9 Bagaimana latihan dan pengembangan
karyawan ?
1.2.10 Bagaimana cara pemberian kompensasi kepada karyawan
?
1.2.11 Bagaimana penentuan kebutuhan jabatan itu ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari staffing
(penyusunan personalia)
1.3.2 Mengetahui tujuan dari staffing
1.3.3 Mengetahui prinsip staffing
1.3.4 Mengetahui unsur-unsur staffing
1.3.5 Mengetahui hubungan antara staffing dengan
pengorganisasian
1.3.6 Mengetahui proses penyusunan personalia
1.3.7 Mengetahui perencanaan sumber daya manusia
1.3.8 Mengetahui cara penarikan dan seleksi
karyawan
1.3.9
Mengetahui latihan dan pengembangan
karyawan
1.3.10 Mengetahui cara pemberian kompensasi kepada
karyawan
1.3.11 Mengetahui penentuan kebutuhan jabatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Staffing (Penyusunan Personalia)
Menurut R. Duane dan J. Clifton (1989;p. 239)
Staffing merupakan proses formal dari memastikan bahwa organisasi mempunyai
sumber daya berijazah atau memenuhi syarat untuk mendekati tujuan, dan mewakili
sumber hidup dari setiap perusahaan.
Menurut Jhon (1984) Staffing
dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengisi pekerjaan dengan orang yang
tepat. Hal ini merupakan bagian dari tugas manajer organisasi. Dan ini
merupakan seni dari penempatan orang-orang yang berijazah atau memenuhi syarat
dan antusias ke dalam posisi jabatan pekerjaan yang ditawarkan.
Menurut T. Hani Handoko (2003 ; 233)
Penyusunan Personalia (Staffing) adalah fungsi manajemen yang berkenaan dengan
penarikan, penempatan, pemberian latihan, dan pengembangan anggota-anggota
organisasi.
Dari
beberapa pendapat tersebut, maka secara umum dapat didefinisikan bahwa Staffing adalah salah satu fungsi manajemen yang melakukan penarikan,
penyeleksian, pengembangan dan penggunaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
2.2
Tujuan
Staffing
2.2.2.
Terwujudnya sinergitas pekerja sesuai
dengan seluruh tugas dan kewajibannya
2.2.2. Terwujudnya mekanisme kerja yang kooperatif,
efektif dan terpadu
2.2.3
Memudahkan pekerja dengan keahlian pada
bidang masing-masing menyelesaikan tugasnya dengan baik
2.2.4
Mendorong pekerja untuk memberikan daya
guna dan hasil guna yang maksimal bagi organisasi
2.3 Prinsip Staffing
Dalam staffing berlaku prinsip utama yaitu : “The Right Man in The Right Place and Time” yang
berarti bahwa setiap personel ditempatkan pada unit kerja yang sesuai dengan
keahlian dan kecakapannya, dengan demikian suatu perkerjaan/tugas dalam unit
kerja dilakukan oleh orang yang tepat dan mendapat hasil pekerjaan yang
optimal.
Jika prinsip ini tidak diterapkan, dan menempatkan
personel pada tugas dan jenis pekerjaan yang bukan keahliannya, maka akan
menghambat upaya pencapaian tujuan administrasi itu sendiri, sebab hasil dari
pekerjaan tersebut cenderung kurang berdaya guna bagi organisasi.
Hal ini sering terjadi pada unit kerja yang
kekurangan karyawan, sehingga memaksa seorang karyawan membawahi dan
mengerjakan beberapa jenis pekerjaan yang bukan pada bidang keahliannya, atau
bisa terjadi karena menempatkan seseorang atas pendekatan nepotisme tanpa memperhatikan keahlian orang tersebut, tindakan
nepotisme ini tentu akan membuka peluang kolusi dan korupsi yang berakibat
buruk terhadap kemajuan unit organisasi kerja itu sendiri.
2.4 Unsur-unsur
dalam Staffing
2.5.1 Pengefektifan rekrrutmen dan seleksi
2.5.2 Klasifikasi personil yang tepat dan
melakukan penggajian yang tepat bagi mereka
2.5.3 Penempatan staf yang tepat sesuai dengan
keahlian
2.5.4 Melakukan pelatihan yang sesuai untuk
pekerjaan para staf
2.5.5 Pemerhatian kepuaskan para staf dan adil dalam melakukan tranfer
dan promosi
2.5.6 Pembangunan hubungan harmonis antara manajemen dan pekerja
2.5 Hubungan Staffing dengan Pengorganisasian
Organizing yaitu berupa penyusunan wadah legal
yang menampung berbagai kegiatan yang harus dilakukan pada suatu organisasi.
Sedangkan Staffing berhubungan dengan penerapan orang-orang yang
memangku masing-masing jabatan yang terdapat didalam organisasi.
Jika diibaratkan sebuah kendaraan pengorganisasian
menyiapkan kendaraan, sedangkan staffing mengisi pengemudinya.
Ketika manajer melaksanakan fungsi
staffing, hal itu akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pencapaian tujuan
(kinerja organisasi).
2.6 Proses Penyusunan
Personalia
Manajemen sumber daya manusia,
disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan
peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien
dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan
(goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM
didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin -
dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa
bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll.
Tujuannya adalah memberikan kepada
organisasi satuan kerja yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini, studi tentang
manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan
mendapatkan, mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi, dan memelihara karyawan
dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas).
Proses penyusunan personalia
(staffing process) dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan terus menerus untuk menjaga pemenuhan kebutuhan personalia
organisasi dengan orang-orang yang tepat dalam posisi-posisi tepat dan pada
waktu yang tepat. Fungsi ini dilaksanakan dalam dua tipe lingkungan yang
berbeda. Pertama, lingkungan eksternal yang meliputi seluruh faktor di luar
organisasi yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhinya. Kedua
lingkungan internal, yang terdiri dari unsur-unsur di dalam organisasi.
Proses staffing meliputi :
2.6.1
Perencanaan
kebutuhan SDM
2.6.2
Recruitment
(penarikan tenaga kerja)
2.6.3
Pelatihan
dan Pengembangan
2.6.4
Pemberian
kompensasi
2.6.5
Pemeliharaan
2.6.6
Integrasi
pengusaha dan karyawan untuk menjadi partner kerja
2.6.7
PHK
Dalam pelaksanaan fungsi ini
manajemen menentukan persyaratan-persyaratan mental, fisik, dan emosional untuk
posisi-posisi jabatan yang ada melalui analisa jabatan, deskripsi jabatan, dan
spesifikasi jabatan dan kemudian menarik karyawan yang diperlukan dengan
karakteristik-karakteristik personalia tertentu seperti keahlian, pendidikan,
umur, latihan dan pengalaman.
Fungsi ini mencakup
kegiatan-kegiatan seperti pembuatan system pengajian untuk pelaksanaan kerja
yang efektif; penilaian karyawan untuk promosi, transfer atau bahkan demosi dan
pemecatan; serta keahlian dan pengembangan karyawan.
Beberapa literature manajamen
memasukkan fungsi staffing sebagai bagian dari fungsi organizing. Ada juga yang
menempatkan staffing sebagai hal yang terpisah dari fungsi manajemen dan
memperlakukannya sebagai bagian dari fungsi kepemimpinan (leadership).
Fungsi staffing diuraikan terpisah sebagai salah satu fungsi manajemen, karena penulis memandang bahwa perkembangan dunia bisnis (dimana sumber daya manusia merupakan kunci sukses perusahaan) menyebabkan fungsi tersebut menjadi semakin penting. Tetapi dalam pembahasan selanjutnya, fungsi ini ditempatkan pada satu bagian dengan fungsi pengorganisasian untuk menekankan bahwa sebenarnya kedua fungsi tersebut saling berkaitan erat pengorganisasian merancang “wadahnya” dan fungsi staffing memberi “isinya”.
Fungsi staffing diuraikan terpisah sebagai salah satu fungsi manajemen, karena penulis memandang bahwa perkembangan dunia bisnis (dimana sumber daya manusia merupakan kunci sukses perusahaan) menyebabkan fungsi tersebut menjadi semakin penting. Tetapi dalam pembahasan selanjutnya, fungsi ini ditempatkan pada satu bagian dengan fungsi pengorganisasian untuk menekankan bahwa sebenarnya kedua fungsi tersebut saling berkaitan erat pengorganisasian merancang “wadahnya” dan fungsi staffing memberi “isinya”.
2.7 Perencanaan
Sumber Daya Manusia
Perencanaan
sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan
lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang dan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi
tersebut. Di mana secara lebih sempit perencanaan sumber daya manusia berarti
mengestimasi secara sistematik permintaan (kebutuhan) dan suplay tenaga kerja
organisasi di waktu yang akan datang.
(Handoko ; 1997,
p. 53)
Perencanaan
tenaga kerja dapat diartikan sebagai suatu proses menentukan kebutuhan akan
tenaga kerja berdasarkan peramalan pengembangan, pengimplementasian, dan
pengendalian kebutuhan tersebut yang berintegrasi dengan perencanaan organisasi
agar tercipta jumlah pegawai, penempatan pegawai yang tepat dan bermanfaat
secara ekonomis. (Mangkunegara ; 2003, p. 6)
Perencanaan
sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses
menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut
agar pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi.
(Andrew E.
Sikula, 1981;145)
Perencanaan
tenaga kerja adalah proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan
pengontrolan yang menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai,
penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih
bermanfaat.
(George
Milkovich dan Paul C. Nystrom, Dale Yoder, 1981:173)
Perencanaan sumber daya manusia adalah mencakup semua
kegiatan yang dibutuhkan untuk menyediakan tipe dan jumlah karyawan secara
tepat dalam pencapaian tujuan organisasi. Ada tiga bagian perencanaan
personalia yang dibutuhkan :
2.7.1 Penentuan Kebutuhan Jabatan
Penyusunan personalia organisasi
dimulai dengan :
2.7.1.1 Penentuan tujuan dan rencana organisasi
2.7.1.2 Penentuan spesifikasi jabatan ( job
specification ) jenis-jenis jabatan dan keterampilan yang dibutuhkan.
2.7.1.3 Meramalkan jumlah karyawan yang dibutuhkan dimasa mendatang
2.7.1.4 Persediaan karyawan untuk melaksanakan berbagai kegiatan
Penentuan spesifikasi jabatan yaitu hasil dari proses
analisa jabatan (job analisys) yang terdiri dari penentuan keahlian dan
keterampilan yang dipunyai, tanggung jawab, pengetahuan mengenai pekerjaannya,
wewenang yang dimiliki serta hubungan yang ada dalam setiap jabatan dalam suatu
organisasi. Proses analisa jabatan juga menghasilkan deskripsi jabatan.
2.7.2 Pengembangan
Sumber-sumber Penawaran Personalia
Ada dua sumber perolehan tenaga kerja yaitu sumber intern
dan sumber ekstern, tapi manajer lebih menyukai perolehan dari sumber intern,
karena dapat memotivasi karyawan yang sudah ada, tetapi juga manajer perlu
mencari orang yang tepat dalam menduduki suatu posisi agar pekerjaan dapat
berjalan secara efektif dan efisien dari luar organisasi.
Ada tiga sumber penawaran intern yaitu :
2.7.2.1 Penataran ( upgrading ) yaitu dengan
mendidik dan memberi pelatihan.
2.7.2.2 Pemindahan
( transferring ) yaitu posisi yang kurang disenangi ke posisi lain yang lebih
memuaskan kebutuhan.
2.7.2.3 Pengangkatan
( promoting ) yaitu pengangkatan ke jabatan yang lebih tinggi lagi.
Sumber ekstern penawaran tenaga
kerja dapat diperoleh antara lain dari lamaran pribadi yang masuk, organisasi
karyawan, kantor penempatan tenaga kerja, sekolah-sekolah, para pesaing,
immigrasi dan migarasi.
2.7.3 Tujuan perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan SDM harus mempunyai tujuan yang
berdasarkan kepentingan individu, organisasi dan kepentingan nasional. Tujuan
perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk kebutuhan perusahaan
pada masa yang akan datang untuk menghindari mismanajemen dan tumpang tindih
dalam pelaksanaan tugas.
Perencanaan Organisasi merupakan aktivitas yang
dilakukan perusahaan untuk mengadakan perubahan yang positif bagi perkembangan
organisasi. Peramalan SDM dipengaruhi secara drastis oleh tingkat produksi.
Tingkat produksi dari perusahaan penyedia (suplier) maupun pesaing dapat juga
berpengaruh. Meramalkan SDM, perlu memperhitungkan perubahan teknologi, kondisi
permintaan dan penawaran, dan perencanaan karir.
Kesimpulannya, PSDM memberikan petunjuk masa depan,
menentukan dimana tenaga kerja diperoleh, kapan tenaga kerja dibutuhkan, dan
pelatihan dan pengembangan jenis apa yang harus dimiliki tenaga kerja. Melalui
rencana suksesi, jenjang karier tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perorangan yang konsisten dengan kebutuhan suatu organisasi.
2.7.4 Syarat-syarat
perencanaan sumber daya manusia
2.7.4.1 Harus mengetahui secara jelas masalah yang akan
direncanakannya.
2.7.4.2 Harus mampu mengumpulkan dan menganalisis
informasi tentang SDM.
2.7.4.3 Harus mempunyai pengalaman luas tentang job
analysis, organisasi dan situasi persediaan SDM.
2.7.4.4 Harus mampu membaca situasi SDM masa kini
dan masa mendatang.
2.7.4.5 Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan
teknologi masa depan.
2.7.4.6 Mengetahui secara luas peraturan dan
kebijaksanaan perburuhan pemerintah.
2.7.5 Faktor-faktor
yang mempengaruhi perencanaan sumber daya manusia
Proses perencanaan sumber daya manusia dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (Handoko, 1997, p. 55-57)
2.7.5.1 Faktor Eksternal
a.
Perkembangan
ekonomi mempunyai pengaruh yang besar tetapi sulit diestimasi. Sebagai contoh
tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga sering merupakan faktor penentu
kondisi bisnis yang dihadapi perusahaan.
b.
Kondisi
sosial-politik-hukum mempunyai implikasi pada perencanaan sumber daya manusia
melalui berbagai peraturan di bidang personalia, perubahan sikap dan tingkah
laku, dan sebagainya.
c.
Sedangkan
perubahan-perubahan teknologi sekarang ini tidak hanya sulit diramal tetapi
juga sulit dinilai. Perkembangan komputer secara dasyat merupakan contoh jelas
bagaimana perubahan teknologi menimbulkan gejolak sumber daya manusia.
d.
Para pesaing
merupakan suatu tantangan eksternal lainnya yang akan mempengaruhi permintaan
sumber daya manusia organisasi. Sebagai contoh, “pembajakan” manajer akan
memaksa perusahaan untuk selalu menyiapkan penggantinya melalui antisipasi
dalam perencanaan sumber daya manusia.
2.7.5.2 Keputusan-keputusan Organisasional
Berbagai keputusan
pokok organisasional mempengaruhi permintaan sumber daya manusia.
a.
Rencana stratejik perusahaan adalah keputusan yang
paling berpengaruh.
Ini mengikat perusahaan dalam jangka panjang untuk mencapai sasaran-sasaran seperti tingkat pertumbuhan, produk baru, atau segmen pasar baru. Sasaran-sasaran tersebut menentukan jumlah dan kualitas karyawan yang dibutuhkan di waktu yang akan datang.
Ini mengikat perusahaan dalam jangka panjang untuk mencapai sasaran-sasaran seperti tingkat pertumbuhan, produk baru, atau segmen pasar baru. Sasaran-sasaran tersebut menentukan jumlah dan kualitas karyawan yang dibutuhkan di waktu yang akan datang.
b.
Dalam jangka pendek, para perencana menterjemahkan
rencana-rencana stratejik menjadi operasional dalam bentuk anggaran. Besarnya
anggaran adalah pengaruh jangka pendek yang paling berarti pada kebutuhan
sumber daya manusia.
c.
Forecast penjualan dan produksi meskipun tidak
setepat anggaran juga menyebabkan perubahan kebutuhan personalia jangka pendek.
d.
Perluasan usaha berarti kebutuhan sumber daya
manusia baru.
e.
Begitu juga, reorganisasi atau perancangan kembali
pekerjaan-pekerjaan dapat secara radikal merubah kebutuhan dan memerlukan
berbagai tingkat ketrampilan yang berbeda dari para karyawan di masa mendatang.
2.7.5.3 Faktor-faktor
Persediaan Karyawan
Permintaan sumber daya
manusia dimodifakasi oleh kegiatan-kegiatan karyawan. Pensiun, permohonan
berhenti, terminasi, dan kematian semuanya menaikkan kebutuhan personalia. Data
masa lalu tentang faktor-faktor tersebut dan trend perkembangannya bisa
berfungsi sebagai pedoman perencanaan yang akurat.
2.7.6 Prosedur Perencanaan Sumber Daya Manusia
Strategi SDM adalah alat yang digunakan untuk
membantu organisasi untuk mengantisipasi dan mengatur penawaran dan permintaan
SDM. Strategi SDM ini memberikan arah secara keseluruhan mengenai bagaimana
kegiatan SDM akan dikembangkan dan dikelola.
Pengembangan rencana SDM merupakan rencana jangka panjang. Contohnya, dalam perencanaan SDM suatu organisasi harus mempertimbangkan alokasi orang-orang pada tugasnya untuk jangka panjang tidak hanya enam bulan kedepan atau hanya untuk tahun kedepan. Alokasi ini membutuhkan pengetahuan untuk dapat meramal kemungkinan apa yang akan terjadi kelak seperti perluasan, pengurangan pengoperasian, dan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi organisasi tersebut.
Pengembangan rencana SDM merupakan rencana jangka panjang. Contohnya, dalam perencanaan SDM suatu organisasi harus mempertimbangkan alokasi orang-orang pada tugasnya untuk jangka panjang tidak hanya enam bulan kedepan atau hanya untuk tahun kedepan. Alokasi ini membutuhkan pengetahuan untuk dapat meramal kemungkinan apa yang akan terjadi kelak seperti perluasan, pengurangan pengoperasian, dan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi organisasi tersebut.
Prosedur perencanaan SDM yaitu :
2.7.6.1 Menetapkan secara jelas kualitas dan
kuantitas SDM yang dibutuhkan.
2.7.6.2 Mengumpulkan data dan informasi tentang
SDM.
2.7.6.3 Mengelompokkan data dan informasi serta
menganalisisnya.
2.7.6.4 Menetapkan beberapa alternative.
2.7.6.5 Memilih yang terbaik dari alternative yang
ada menjadi rencana.
2.7.6.6 Menginformasikan rencana kepada para
karyawan untuk direalisasikan.
Metode PSDM ,dikenal atas metode nonilmiah dan
metode ilmiah. Metode nonilmiah diartikan bahwa perencanaan SDM hanya
didasarkan atas pengalaman, imajinasi, dan perkiraan-perkiraan dari
perencanaanya saja. Rencana SDM semacam ini risikonya cukup besar, misalnya
kualitas dan kuantitas tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Akibatnya timbul mismanajemen dan pemborosan yang
merugikan perusahaan.
Metode ilmiah diartikan bahwa PSDM dilakukan berdasarkan atas hasil analisis dari data, informasi, dan peramalan (forecasting) dari perencananya. Rencana SDM semacam ini risikonya relative kecil karena segala sesuatunya telah diperhitungkan terlebih dahulu.
Metode ilmiah diartikan bahwa PSDM dilakukan berdasarkan atas hasil analisis dari data, informasi, dan peramalan (forecasting) dari perencananya. Rencana SDM semacam ini risikonya relative kecil karena segala sesuatunya telah diperhitungkan terlebih dahulu.
2.7.7 Pengevaluasian Rencana Sumber Daya Manusia
Jika
perencanaan SDM dilakukan dengan baik, akan diperoleh keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
2.7.7.1 Manajemen puncak memiliki pandangan yang
lebih baik terhadap dimensi SDM atau terhadap keputusan-keputusan bisnisnya.
2.7.7.2 Biaya SDM menjadi lebih kecil karena
manajemen dapat mengantisipasi ketidakseimbangan sebelum terjadi hal-hal yang
dibayangkan sebelumnya yang lebih besar biayanya.
2.7.7.3 Tersedianya lebih banyak waktu untuk
menempatkan yang berbakat karena kebutuhan dapat diantisipasi dan diketahui
sebelum jumlah tenaga kerja yang sebenarnya dibutuhkan.
2.7.7.4 Adanya kesempatan yang lebih baik untuk
melibatkan wanita dan golongan minoritas didalam rencana masa yang akan datang.
2.7.7.5 Pengembangan para manajer dapat dilaksanakan
dengan lebih baik.
2.7.8 Manfaat Perencanaan Sumber Daya Manusia
Dengan perencaaan
tenaga kerja diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi perusahaan
maupun bagi karyawan. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:
(Rivai, 2004, p. 48)
2.7.8.1 Perusahaan dapat
memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan secara lebih baik.
Perencanaan sumber daya manusia pun perlu diawali dengan kegiatan inventarisasi
tentang sumber daya manusia yang sudah terdapat dalam perusahaan. Inventarisasi
tersebut antara lain meliputi:
2.7.8.1.1 Jumlah karyawan yang ada
2.7.8.1.2 Berbagai kualifikasinya
2.7.8.1.3 Masa
kerja masing-masing karyawan
2.7.8.1.4 Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki,
baik pendidikan formal maupun program pelatihan kerja
yang pernah diikuti
2.7.8.1.5 Bakat yang masih perlu dikembangkan
2.7.8.1.6 Minat karyawan, terutama yang berkaitan
dengan kegiatan di luar tugas pekerjaan
Hasil inventarisasi
tersebut sangat penting, bukan hanya dalam rangka pemanfaatan sumber daya
manusia dalam melaksanakan tugas-tugas sekarang, akan tetapi setidaknya
berhubungan dengan tiga kepentingan di masa depan, yaitu:
a.
Promosi karyawan tertentu untuk mengisi lowongan
jabatan yang lebih tinggi jika karena berbagai sebab terjadi kekosongan.
b.
Peningkatan kemampuan melaksanakan tugas yang sama.
c.
Dalam hal terjadinya alih wilayah kerja yang berarti
seseorang ditugaskan ke lokasi baru tetapi sifat tugas jabatanya tidak
mengalami perubahan.
2.7.8.2 Melalui perencanaan
sumber daya manusia yang matang, efektifitas kerja juga dapat lebih
ditingkatkan apabila sumber daya manusia yang ada telah sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Standard Operating Prosedure (SOP) sebagai pedoman kerja yang telah
dimiliki yang meliputi:
2.7.8.2.1 Suasana kerja kondusif,
2.7.8.2.2 Perangkat kerja sesuai dengan tugas
masing-masing sumber daya manusia telah tersedia, adanya jaminan keselamatan
kerja,
2.7.8.2.3 Semua sistem telah berjalan dengan baik,
2.7.8.2.4 Dapat diterapkan secara baik fungsi
organisasi serta penempatan sumber daya manusia telah dihitung berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja.
2.7.8.3 Produktivitas
dapat lebih ditingkatkan apabila memiliki data tentang pengetahuan, pekerjaan,
pelatihan yang telah diikuti oleh sumber daya manusia. Dengan mengikutsertakan
karyawan dalam berbgai pendidikan dan pelatihan, akan mendorong karyawan untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya. Melalui pendidikan dan pelatihan dapat
meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia yang diikuti dengan
peningkatan disiplin kerja yang akan menghasilkan sesuatu secara lebih
professional dalam menangani pekerjaan yang berkaitan langsung dengan
kepentingan perusahaan.
2.7.8.4 Perencanaan sumber daya manusia berkaitan
dengan penentuan kebutuhan tenaga kerja di masa depan, baik dalam arti jumlah
dan kualifikasinya untuk mengisi berbagai jabatan dan menyelengarakan berbagai
aktivitas baru kelak.
2.7.8.5 Salah satu segi manajemen sumber daya
manusia yang dewasa ini dirasakan semakin penting ialah penaganan informasi
ketenagakerjaan. Dengan tersedianya informasi yang cepat dan akurat semakin
penting bagi perusahaan, terutama perusahaan yang memiliki sumber daya manusia
yang banyak dengan cabang yang tersebar di berbagai tempat (baik dalam negeri
maupun di luar negeri).
Dengan
adanya informasi ini akan memudahkan manajemen melakukan perencanaan sumber
daya manusia (Human Resources Information) yang berbasis pada teknologi canggih
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan di era perubahan yang
serba cepat.
2.7.8.6 Seperti telah dimaklumi salah satu kegiatan
pendahuluan dalam melakukan perencanaan termasuk perencanaan sumber daya
manusia adalah penelitian.
Berdasarkan bahan yang diperoleh dan penelitian yang dilakukan untuk kepentingan perencanaan sumber daya manusia, akan timbul pemahaman yang tepat tentang situasi pasar kerja dalam arti:
Berdasarkan bahan yang diperoleh dan penelitian yang dilakukan untuk kepentingan perencanaan sumber daya manusia, akan timbul pemahaman yang tepat tentang situasi pasar kerja dalam arti:
2.7.8.6.1 Permintaan pemakai tenaga kerja atas tenaga
kerja dilihat dan segi jumlah, jenis, kualifikasi dan lokasinya.
2.7.8.6.2 Jumlah pencari pekerjaan beserta bidang
keahlian, keterampilan, latar belakang profesi, tingkat upah atau gaji dan
sebagainya.
Pemahaman demikian penting
karena bentuk rencana yang disusun dapat disesuaikan dengan situasi pasaran
kerja tersebut.
2.7.8.7 Rencana sumber daya manusia merupakan dasar
bagi penyusunan program kerja bagi satuan kerja yang menangani sumber daya
manusuia dalam perusahaan. Salah satu aspek program kerja tersebut adalah
pengadaan karyawan baru guna memperkuat tenaga kerja yang sudah ada demi
peningkatan kemampuan perusahaan mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Tanpa
perencanaan sumber daya manusia, sukar menyusun program kerja yang realistik.
2.7.8.8 Mengetahui pasar tenaga kerja. Pasar kerja
merupakan sumber untuk mencari calon-calon sumber daya manusia yang potensial
untuk diterima (recruiting) dalam perusahaan. Dengan adanya data perencanaan
sumber daya manusia di samping mempermudah mencari calon yang cocok dengan
kebutuhan, dapat pula digunakan untuk membantu perusahaan lain yang memerlukan
sumber daya manusia.
2.7.8.9 Acuan dalam menyusun program pengembangan
sumber daya manusia. Perencanaan sumber daya manusia dapat dijadikan sebagi
salah satu sumbangan acuan, tetapi dapat pula berasal dari sumber lain. Dengan
adanya data yang lengkap tentang potensi sumber daya manusia akan lebih
mempermudah dalam menyusun program yang lebih matang dan lebih dapat
dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan
hal-hal tersebut, dapat diketahui manfaat dari perencanaan sumber daya manusia
dalam suatu perusahaan sebagai sesuatu yang sangat penting, demi kelancaran dan
tercapainya tujuan dari perusahaan.
2.7.9 Kendala-kendala Perencanaan Sumber Daya
Manusia
2.7.9.1 Standar kemampuan SDM
Standar kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya
informasi kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang
sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam PSDM untuk
menghitung potensi SDM secara pasti.
2.7.9.2 Manusia (SDM) Mahluk Hidup
Manusia sebagai mahluk hidup
tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM,
karena itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia
mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
2.7.9.3 Situasi SDM
Persediaan, mutu, dan penyebaran
penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM perusahaan. Hal ini menjadi
kendala proses PSDM yang baik dan benar.
2.7.9.4 Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah
Kebijaksanaan perburuhan
pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain dalam PSDM
untuk membuat rencana yang baik dan tepat.
2.8 Penarikan
dan Seleksi Karyawan
Penarikan ( recruitment ) berkenaan dengan pencarian dan
penarikan tenaga kerja potensial dalam jumlah yang tepat dan dengan kemampuan
untuk mengisi suatu jabatan tertentu yang akan diseleksi untuk memenuhi
kebutuhan organisasi. Penarikan menyangkut usaha untuk memperoleh karyawan
dalam jumlah yang tepat dengan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk
mengisi jabatan-jabatan yang tersedia.
Penarikan (Recruitment) adalah suatu
proses pencarian dan pengikatan para calon karyawan atau pelamar calon karyawan
yang mampu untuk melamar sebagai karyawan proses ini di mulai ketika para
pelamar di cari dan berakhir bila lamaran atau aplikasi mereka di serahkan dan
hasilnya setelah para calon karyawan di seleksi. (Hardi Handoko)
Penarikan (Recruitment) yaitu usaha untuk
mendapatkan calon-calon pegawai yang lowong guna mendapatkan sebanyak mungkin
calon pelamar yang memenuhi syarat-syarat untuk job dicription dan analisa yang
di minta untuk jabatan yang lowong pada suatu organisasi untuk di pilih
calon-calon yang terbaik dan cakap menurut mereka. (Musanif)
Penarikan (Recruitment) sumber daya manusia adalah
suatu proses pencarian dan pemikatan calon tenaga kerja(karyawan)yang mempunyai
kemampuan sesuai dengan rencana kebutuhan suatu organisasi. Proses ini dimulai
dari ketika organisasi itu mencari calon tenaga kerja yang dibutuhkan melalui
berbagai cara sampai dengan penyerahan aplikasi (lamaran) oleh pelamar kepada
organisasi tersebut. Hasil dari proses ini adalah sejumlah berkas lamaran dari
para pencari kerja dan selanjutnya diajukan untuk diseleksi. Proses ini sangat
penting dalam suatu organisasi karena mereka inilah yang akan menentukan
kualitas dari suatu organisasi.
Pengisian lowongan pekerjaan yang dibutuhkan sesuai
perencanaan dapat diperoleh dari dua sumber yakni dari dalam dan dari luar
organisasi. Pengisian lowongan pekerjaan yang berasal dari dalam organisasi
mempunyai beberapa keuntungan baik dari segi karyawan maupun organisasi itu
sendiri. Bagi karyawan hal itu merupakan penghematan biaya untuk pemanggilan
sedangkan penarikan dari luar diperoleh dari pasaran tenaga kerja yang ada
diluar organisasi.
2.8.1 Maksud dan Pentingnya Penarikan Sumber
Daya Manusia
2.8.1.1 Menentukan kebutuhan
penarikan tenaga kerja (recruitment)
2.8.1.2 Meningkatkan jumlah pelamar kerja secara efisien
2.8.1.3 Membantu meningkatkan rating proses seleksi dengan mengurangi
jumlah pelamar kerja yang underqualified atau overqualified.
2.8.1.4 Mengurangi kemungkinan berhenti atau mutasi setelah diangkat.
2.8.1.5 Memenuhi kewajiban organisasi melaksanakan program pemerataan
kesempatan kerja
2.8.1.6 Mengidentifikasi dan menyiapkan calon-calon tenaga kerja yang
potensial,
2.8.1.7 Meningkatkan efektivitas organisasi dan individu baik untuk
jangka pendek maupun panjang dan
2.8.1.8 Menilai efektivitas berbagai teknik dan lokasi rekrutmen.
2.8.2 Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam
Penarikan SDM
2.8.2.1 Penentuan jumlah dan kualitas SDM
yang akan diperlukan.
2.8.2.2 Sumber calon karyawan dan cara-cara
penarikannya.
2.8.2.3 Dasar, sistem, metode, dan tingkat-tingkat
seleksi yang akan dilakukan.
2.8.2.4 Kualifikasi-kualifikasi dan prosedur seleksi
yang akan dilakukan.
2.8.2.5 Cara-cara penempatan calon pegawai yang
akan dilakukan.
2.8.3 Media Penarikan Sumber Daya Manusia
Tiap organisasi mempunyai cara yng berbeda-beda
dalam menarik calon karyawannya. Beberapa organisasi yang besar mempunyai
beberapa sistem yang sangat baik dan menggunakan media massa yang canggih dalam
menarik calon karyawan. Tetapi ada beberapa organisasi cara penarikan
karyawan ini sangat sederhana dan dengan media yang sederhan pula. Berbagai
cara dan media untuk menarik sumber daya manusia sebagai calon karyawan, antara
lain :
2.8.3.1
Iklan
Menarik calon karyawan meleui iklan di media massa, baik elektronik
maupun media cetak mempunyai efektivitas tinggi, karena dapat menjaring seluruh
lapisan masyarakat pelamar, dan pelamar dapat lebih banyak. Hal ini mempunyai
beberapa keuntungan, antara lain organisasi mempunyai kesempatan yang ebih luas
untuk memilih calon karyawan yang lebih baik. Cara pengiklanan melalui media
cetak pada umumnya ada 2 jenis, yakni want ad dan blind ad.
Want
ad, dimana organisasi dan dan bagaimana cara melamar disebutkan dalam iklan
itu. Cara ini digunakan untuk memberikan kesempatan para calon karyawan untuk
berkomunikasi langsung kepada organisasi yang bersangkutan.sedangkan cara Blind
ad yaitu tidak menyebutkan nama dan alamat organisasi yang memerlukan
karyawan. Lamaran para pelamar biasanya di alamatkan ke P.O. Box. Cara ini
digunakan untuk menghindari banjirnya calon karyawan atau pelamar ke kantor
organisasi yang bersangkutan.
2.8.3.2
Badan-badan penyalur tenaga kerja
Penarikan sumber daya manusia juga dapat dilakukan melelui badan-badan
penyalur atau penempatan tenaga kerja baik pemerintah maupun swasta.
Diindonesia tiap-tiap provensi mempunyai kantor penempatan tenaga kerja
(pemerintah) yang fungsinya adalah menyalurkan tenaga-tenaga kerja yang elah
mendaftarkan ke kentor penempatan tersebut ke organisasi-organisasi, baik
pemerintah maupun swasta yang memerlukan calon karyawan. Bahkan beberapa
organisasi mewajibkan setiap para pelamarnya untuk mencari kartu kuning yaitu
suatu bukti bahwa ia terdaftardikantor tenaga kerja.
Badan-badan penempatan atau penyalur tenaga kerja ynag profesional swasta
dewasa ini belum begitu berperan di indonesia, kecuali untuk tenaga kerja yang
akan dikirim keluar negeri.
2.8.3.3
Lembaga-lembaga Pendidikan
Beberapa lembaga pendidikan (terutama perguruan tinggi yang kualitasnya
baik) saat ini juga sudah menjadi media untuk menyalurkan tenaga kerja. Bahkan
baberapa perusahaan atau organisasi telah terlebih dahulu memesan dan
mamberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berprestasi untuk selanjutnya
diangkat menjadi karyawannya.
2.8.3.4
Organisasi-organisasi Karyawan
Dinegara-negara maju dimana organisasi atau serikat
buruhnya sudah baik, organisasi-organisasi swasta maupun pemerintah mencari
calon karyawannya melelui organisasi-organisasi karyawan tersebut. Di indonesia
tampaknya cara ini belum dapat ditempuh.
2.8.3.5
Organisasi-organisasi Profesi
Organisasi-organisasi profesi seperti Hipmi, Kadin,Iwapi dan sebagainya
dapat merupakan media untuk menyalurkan tenaga kerja atau calon karyawan bagi
organisasi-organisasi atau perusahaan. Dengan sendirinya tenaga kerja yang
disalurkan ini sesuai dengan organisasi profesi yang bersangkutan.
2.8.3.6
Leasing (penyewaaan)
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam jangka waktu yang pendek,
suatu organisasi dapat menyewa tenaga yang profesional yang terampil kepada
perusahaan penyewaan tenaga kerja (leasing).
2.8.3.7
Rekomendasi dari Karyawan
Para karyawan yang telah bekerja pada suatu organisasi saat ini boleh
merekomendasikan calon karyawan baru dalam organisasinya. Dengan sendirinya
kemampuaan karyawan yang direkomendasikan tersebut adalah sesuai dengan
kemampuan yang diperlukan oleh organisasinya.
2.8.3.8
Nipotisme
Beberapa organisasi atau perusahaan penarikan anggota keluarga sebagai
karyawan organisasi itu terjadi. Penerikan calon karyawan itu melalui cara ini,
kecakapan atau kemampuan tidak menjadi prioritas pertimbangan.
2.8.3.9
Open house
Cara ini masih baru, dimana orang-orang disekitar organisasi atau
perusahaan tersebut di undang. Kemudian organisasi tersebut menyajikan hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan organisasi termasuk kebutuhan tenaga yang akan
menangani beberapa kegiatan. Dengan cara ini bila ada orang yang tertarik
lowongan tadi diberi kesempatan untuk melamar sebagai calon karyawan.
Penarikan sumber daya manusia sebagai calon karyawan yang telah dilakukan
oleh organisasi pencari tenaga kerja melalui berbagai media ini perlu
dievaluasi. Untuk mengentahui sukses atau tidaknya penarikan sumber daya
manusia ini dapat dinilai dengan beberapa kriteria. Yakni :
a)
Jumlah pelamar
b)
Jumlah usulan tentang pelamar yang diajukan untuk diterima
c)
Jumlah penerimaan (pelamar yang diterima)
2.8.4
Jenis Penarikan
Sumber Daya Manusia
2.8.4.1
Penarikan SDM Internal
Yakni karyawan yang mengisi lowongan jabatan yang lowong,
ditarik dari karyawan yang telah ada dalam organisasi. Penarikan dilakukan
dengan cara “mutasi atau transfer”, baik sifatnya vertikal (promosi-demosi)
maupun horizontal (rotasi).
Ø Kebaikan Penarikan SDM Internal :
a.
Biaya-biaya
penarikan relatif lebih kecil;
b.
Prilaku
karyawannya telah diketahui;
c.
Karyawannya
telah berpengalaman;
d.
Orientasi
dan induksi tidak diperlukan lagi;
e.
Karyawan
yang cakap ada kesempatan untuk promosi;
f.
Memotivasi
semangat kerja karyawan.
g.
Loyalitas
dan kedisiplinan karyawan lebih baik.
Ø Keburukan Penarikan SDM Internal
a.
Masalah
pengisian lowongan tidak terselesaikan, karena mutasi akan menimbulkan lowongan
yang kosong kembali;
b.
Pelaksanaan
sistem kerja hanya tetap begitu-begitu saja;
c.
Kewibawaan
pejabat yang dipromosikan relatif kurang;
d.
Promosinya
sering didasarkan atas nepotisme.
2.8.4.2
Penarikan
SDM Eksternal
Artinya untuk mengisi lowongan jabatan yang kosong di tarik
orang-orang dari luar organisasi, yaitu :
·
Lembaga-lembaga
pendidikan
·
Dinas
Tenaga Kerja
·
Pasar
Tenaga Kerja (Umum)
·
Nepotisme
atau kawan-kawan pegawai
Penarikan
tenaga kerja atau sumber daya manusia ini dilakukan melalui iklan pada media
massa, seperti pada surat kabar, radio, dan televisi.
Ø Kebaikan Penarikan SDM Eksternal
a.
Kesempatan
untuk mendapatkan karyawan yang professional terbuka;
b.
Kemungkinan
perubahan sistem kerja yang lebih baik ada;
c.
Pejabat
baru akan berwibawa, jika ia cakap;
d.
Masalah
jabatan yang lowong terisi dengan tidak menimbulkan kosongnya jabatan lain.
Ø Keburukan Penarikan SDM Ekternal
a.
Menurunkan
semangat kerja karyawan lama, sebab kesempatan promosi tidak ada;
b.
Absensi
dan turn over karyawan lama cenderung meningkat;
c.
Loyalitas
dan solidaritas pejabat baru masih disangsikan;
d.
Orientasi
dan induksi untuk pejabat baru harus dilakukan;
e.
Kedisiplinan
dan kecakapan masih diragukan.
2.8.5
Hambatan-hambatan Penarikan SDM
2.8.5.1
Hambatan
kebijakan kompensasi.
2.8.5.2
Kebijakan
status.
2.8.5.3
Rencana
SDM.
2.8.5.4
Kebijaksanaan
promosi dandar dalam (dari jenjang kejenjang).
2.8.5.5
Kondisi
pasar tenaga kerja.
2.8.5.6
Kondisi
lingkungan eksteren akibat pengganguran tinggi perekonomian yang lemah dan
tenaga terampil yang langka
2.8.5.7
Persyaratan
jabatan.
2.8.5.8
Kondisi
lingkungan.
2.8.5.9
Persyaratan
kerja
2.8.6 Seleksi Karyawan
Seleksi adalah Pemilihan terhadap orang-orang, suatu proses untuk
menilai kemungkinan keberhasilan atau kegagalan seseorang untuk melaksanakan
pekerjaanya. (Komaruddin).
Seleksi adalah
Memperoleh tenaga kerja yang memenuhi syarat dan mempunyai kwalifikasi
sebagaimana tercantum di dalam Job Description. (Manullang)
Maka dapat disimpulkan bahwa Seleksi
yaitu pemilihan tenaga kerja potensial untuk menduduki suatu jabatan tertentu
dari lamaran yang masuk.
Sedangkan Proses
Seleksi adalah Pusat manajemen kepegawaian dan requitment
dilakukan untuk membantu proses seleksi ini. Bila seleksi diadakan tidak tepat
maka daya upaya sebelumnya akan sia-sia saja oleh karena itu tidaklah
berlebihan bila di nyatakan bahwa seleksi adalah kunci sukses manajemen
kepegawaian. Bahwa kunci sukses organisasi.
Secara umum ada 3 tujuan seleksi :
a.
Untuk mengetahui kecakapan seorang
pegawai.
b. Berusaha
untuk mendapatkan tenaga kerja yang cocok dengan pekerjaan yang dipangkunya.
c. Berusaha
untuk mendapatkan tenaga kerja tidak hanya yang cock pada saat sekarang tetapi
tenaga kerja yang memiliki potensi untuk di kembangan di kemudian hari.
2.8.6.1 Sistem Seleksi
v Succesive-Hurdles
Adalah sistem seleksi yang dilaksanakan berdasarkan urutan
testing yakni jika peserta tidak lulus pada suatu testing maka ia tidak boleh
mengikuti testing berikutnya dan pelamar tersebut dinyatakan tidak lulus.
v Compensatory-Approach
Adalah sistem seleksi yang dilakukan dimana peserta
mengikuti seluruh testing, kemudian dihitung nilai rata-rata hasil tesnya
apakah mencapai standar atau tidak peserta yang mencapai nilai standar
dinyatakan lulus, sedang peserta yang tidak mencapai standar dinyatakan gugur.
Seleksi
ada tiga tingkat yang dikenal dengan seleksi tingkat pertama, seleksi tingkat kedua,
dan seleksi tingkat ketiga. Seleksi
tingkat pertama adalah seleksi yang dilakukan menurut prosedur yang telah
ditetapkan perusahaan yang bersangkutan dan jika lulus maka pelamar dinyatakan
diterima dengan status karyawan percobaan atau calon pegawai (capeg).
Seleksi tingkat kedua adalah seleksi yang dilakukan selama masa percobaan (capeg) dengan cara mengamati dan menilai mental, perilaku, kedisiplinan, dan kemampuan nyata calon karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Jika seleksi tingkat kedua ini lulus maka calon pegawai tersebut mengikuti seleksi tingkat ketiga. Seleksi tingkat ketiga adalah seleksi dengan mengikuti prajabatan atau pelatihan, jika lulus maka calon karyawan (calon pegawai) diangkat menjadi pegawai tetap.
Seleksi tingkat kedua adalah seleksi yang dilakukan selama masa percobaan (capeg) dengan cara mengamati dan menilai mental, perilaku, kedisiplinan, dan kemampuan nyata calon karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Jika seleksi tingkat kedua ini lulus maka calon pegawai tersebut mengikuti seleksi tingkat ketiga. Seleksi tingkat ketiga adalah seleksi dengan mengikuti prajabatan atau pelatihan, jika lulus maka calon karyawan (calon pegawai) diangkat menjadi pegawai tetap.
Penempatan (Placement) adalah kegiatan
untuk menempatkan orang-orang yang telah lulus seleksi pada jabatan-jabatan
tertentu sesuai dengan uraian pekerjaan dan klasifikasi-klasifikasi
pekerjaannya.
2.8.6.2 Proses
Efetivitas Seleksi
Para
manajer SDM menggunakan proses seleksi untuk mengambil keputusan penerimaan
karyawan baru. Proses seleksi tergantung pada tiga masukan penting. Informasi
analisis jabatan memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan
standar-standar prestasi yang diisyaratkan jabatan. Rencana-rencana sumber daya
manusia memberitahukan kepada manajer personalia bahwa ada lowongan pekerjaan.
Akhirnya, penarikan agar manajer personalia mendapatkan sekelompok orang yang
akan dipilih. Ketiga masukan ini sangat menentukan efektivitas proses seleksi.
2.8.6.3 Tantangan-tantangan dalam Proses Seleksi
Disamping
itu, manajer SDM harus menghadapi paling tidak tiga tantangan, yaitu
tantangan-tantangan suplai, ethis dan organisasional. Berbagai tantangan ini
sering menjadi kendala proses seleksi.
a.
Tantangan-tantangan
Suplai
Semakin besar jumlah pelamar yang “qualified” maka akan
semakin mudah bagi departemen personalia untuk memilih karyawan baru yang
berkualitas. Dalam kenyataannya, banyak lowongan jabatan, seperti kebutuhan
manajer profesional sekarang ini, sangat sulit dipenuhi. Keterbatasan suplai
tersebut menyebabkan organisasi tidak leluasa memilih calon karyawan terbaik.
b.
Tantangan-tantangan
Ethis
Penerimaan karyawan baru karena hubungan keluarga, pemberian
komisi dan kantor penempatan tenaga kerja, atau karena suap, semuanya merupakan
tantangan bagi pengelola organisasi. Bila standar-standar ethis ini dilanggar,
karyawan baru mungkin dipilih secara tidak tepat.
c.
Tantangan-tantangan
Organisasional
Proses seleksi bukan merupakan tujuan akhir, tetapi
prasarana dengan mana organisasi berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan dan
sasarannya. Secara alamiah, organisasi menghadapi keterbatasan-keterbatasan,
seperti anggaran atau sumber daya lainnya yang mungkin akan membatasi proses
seleksi. Disamping itu, berbagai strategi, kebijaksanaan dan taktik organisasi
juga merupakan batasan-batasan.
2.8.6.4 Metode Seleksi
v Menurut Manullang merupakan dasar
penyeleksian yaitu :
a.
Keahlian
b.
pengalaman
kerja
c.
Umur
d.
Jenis
kelamin
e.
Keadaan
fisik
f.
Perfomance
(penampilan)
g.
Bakat
h.
Temperamen
i.
Karakter
Untuk eksternal
a.
penerimaan
pendahuluan
b.
Test-test
penerimaan
c.
Wawancara
seleksi
d.
Pemeriksaan
referens.
e.
Evaluasi
medis (test kesehatan)
f.
Wawancara
kepada atasan langsung
g.
Keputusan
Psikologi
test di lakukan yaitu di lakukian berbagai peralatan test yang mengatur menguji
keberanian temperamen kecerdasan, ketrampilan dan prestasi. Bentuk-bentuk test
ini mencakup :
a.
Intelegensi
test
b.
Pesonality
test
c.
Aptuted
test (bakat)
d.
Interes
test
e.
Achiment
test
f.
Knowledged
test
g.
Fermonce
test
v Ada juga langkah-langkah dalam
prosedur seleksi yang dapat digunakan yaitu :
a. Wawancara pendahuluan
b. Pengumpulan data-data pribadi
( biografis )
c. Pengujian ( testing )
d. Wawancara yang lebih mendalam
e. Pemeriksanaan referensi-referensi
prestasi
f. Pemeriksaan kesehatan
g. Keputusan pribadi
h. Orientasi jabatan
v Ada beberapa faktor yang cenderung
mempengaruhi prestasi karyawan. Beberapa faktor lain mungkin juga berpengaruh
dalam kondisi-kondisi tertentu, tetapi tidak mungkin untuk menyatakan secara
tepat semua faktor yang dicari dalam diri karyawan potensial. Bebarapa faktor
tersebut adalah :
a. Latar belakang pribadi
mencakup
pendidikan dan pengalaman kerja, untuk menunjuk apa yang telah dilakukan
seseorang di waktu lalu
b. Bakat dan minat (aptitude dan
interest)
untuk
memperkirakan minat dan kapasitas atau kemampuan seseorang
c. Sikap dan kebutuhan (attitudes dan
needs)
untuk
meramalkan tanggug jawab dan wewenang seseorang
d. Kemampuan-kemampuan analistis dan
manipulative
untuk
mempelajari kemampuan pemikiran dan penganalisaan
e. Ketrampilan dan kemampuan teknik
untuk
menilai kemampuan dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik pekerjaan
f. Kesehatan, tenaga dan stamina
untuk
melihat kemampuan fisik seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan
2.8.6.5 Langkah-langkah
Proses Seleksi
Departemen
SDM dapat menggunakan berbagai prosedur seleksi untuk membandingkan pelamar
dengan spesifikasi jabatan. Langkah-langkah dalam prosedur seleksi yang biasa
digunakan paling tidak terdiri dari tujuah langkah. Bagi pelamar yang berasal
dari suplai internal, kadang-kadang tidak perlu melalui beberapa langkah,
seperti penerimaan pendahuluan, pemeriksaan referensi atau evaluasi medis
(kesehatan).
2.8.6.5.1
Penerimaan Pendahuluan
Proses seleksi merupakan jalur dua arah. Organisasi memilih
para karyawan dan para pelamar memilih perusahaan. Seleksi dimulai dengan
kunjungan calon pelamar ke kantor personalia atau dengan permintaan tertulis
untuk aplikasi. Bila pelamar datang sendiri, wawancara pendahuluan dapat
dilakukan. Ini akan sangat membantu dalam upaya menghilangkan kesalahapahaman
dan menghindarkan pencarian informasi dari sumber tidak resmi (“jalan
belakang”)
2.8.6.5.2
Tes-tes Penerimaan
Tes-tes penerimaan sangat berguna untuk mendapatkan
informasi yang relatif obyektif tentang pelamar yang dapat dibandingkan dengan
para pelamar lainnya dan para karyawan sekarang. Tes-tes penerimaan merupakan
berbagai peralatan bantu yang menilai kemungkinan padunya antara kemampuan,
pengalaman dan kepribadian pelamar dan persyaratan jabatan.
Agar tes dapat meloloskan para pelamar yang tepat, maka ia harus valid. Validitas berarti bahwa skor-skor tes mempunyai hubungan yang berarti (signifikan) dengan prestasi kerja atau dengan kriteria-kriteria relevan lainnya.
Ada bermacam-macam jenis tes penerimaan. Setiap tipe tes mempunyai kegunaan yang terbatas, dan mempunyai tujuan yang berbeda. Secara ringkas, berbagai tipe tes dapat diuraikan sebagai berikut:
Agar tes dapat meloloskan para pelamar yang tepat, maka ia harus valid. Validitas berarti bahwa skor-skor tes mempunyai hubungan yang berarti (signifikan) dengan prestasi kerja atau dengan kriteria-kriteria relevan lainnya.
Ada bermacam-macam jenis tes penerimaan. Setiap tipe tes mempunyai kegunaan yang terbatas, dan mempunyai tujuan yang berbeda. Secara ringkas, berbagai tipe tes dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Tes-tes
Psikologis (Psychological Test)
-
Test
kecerdasan (intelligence test)
Yang
menguji kemampuan mental pelamar dalam hal daya pikir secara menyeluruh dan
logis.
-
Test
kepribadian (personality test)
Dimana
hasilnya akan mencerminkan kesediaan bekerja sama, sifat kepemimpinan dan unsur-unsur
kepribadian lainnya.
-
Test
bakat (aptitude test)
Yang
mengukur kemampuan potensial pelamar yang dapat dikembangkan
-
Test
minat (interest test)
Yang
mengatur antusiasme pelamar terhadap suatu jenis pekerjaan.
-
Tes
prestasi (achievement test)
Yang
mengukur kemampuan pelamar sekarang
2.
Tes-tes
Pengetahuan (Knowledge Tests)
Yaitu
bentuk tes yang menguji informasi atau pengetahuan yang dimiliki para pelamar.
Pengetahuan yang diujikan harus sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan
pekerjaan
3.
Performance
Tests
Yaitu
bentuk tes yang mengukur kemampuan para pelamar untuk melaksanakan beberapa
bagian pekerjaan yang akan dipegangnya. Sebagai contoh, tes mengetik untuk
calon pengetik.
Selain
harus feasible penggunaan tes juga harus fleksibel. Hasil tes tidak selalu
merupakan langkah pertama atau terakhir dalam proses seleksi. Akhirnya, tes
penerimaan hanya merupakan suatu teknis di antara berbagai teknik yang
digunakan dalam proses seleksi, karena tes hanya dapat dilakukan terhadap
faktor-faktor yang bisa diuji secara mudah. Hal-hal yang tidak dapat diukur
melalui pengujian mungkin sama pentingnya.
2.8.6.5.3
Wawancara Seleksi
Wawancara
seleksi adalah percakapan formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi
hal dapat diterimanya atau tidak (acceptability) seorang pelamar. Pewawancara
(interviewer) mencari jawab dua pertanyaan umum. Dapatkah pelamar melaksanakan
pekerjaan? Bagaimana kemampuan pelamar dibandingkan dengan pelamar lain?
Wawancara
mempunyai tingkah fleksibilitas tinggi, karena dapat diterapkan baik terhadap
para calon karyawan manajerial atau operasional, berketerampilan tinggi atau
rendah, maupun staf. Teknik ini juga memungkinkan pertukaran informasi dua arah
: pewawancara mempelajari pelamar, dan sebaliknya pelamar mempelajari
perusahaan.
Wawancara
seleksi mempunyai dua kelemahan utama : reliabilitas dan validitas.
Bagaimanapun juga teknik wawancara penting dilakukan dalam proses seleksi
karena efektivitasnya dapat dipercaya dan mempunyai fleksibilitas.
Tahap-tahap
proses wawancara meliputi :
a. Persiapan Pewawancara
Kegiatan
persiapan ini mencakup penentuan sasaran wawancara, pengembangan berbagai
pertanyaan spesifik yang akan diajukan dalam proses wawancara, penetapan tipe
wawancara dan format pertanyaan, serta pengenalan awal tentang pelamar dengan
mempelajari blanko lamaran. Disamping itu, pewawancara harus mampu menjelaskan
tugas-tugas pekerjaan, standar prestasi, upah dan tunjangan-tunjangan lain, dan
bidang-bidang pekerjaan lainnya.
b. Pengarahan
Setelah
wawancara dimulai, pewawancara perlu menciptakan hubungan yang relaks dengan
pelamar dan suasana yang “enak”. Tanda kondisi ini pewawancara mungkin tidak
memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas tentang potensi pelamar.
c. Pertukaran Informasi
Inti
proses wawancara adalah pertukaran informasi. Untuk membantu menciptakan
hubungan, banyak pewawancara mulai dengan bertanya kepada pelamar bila ada
pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan. Ini menimbulkan komunikasi dua arah
dan memungkinkan pewawancara mulai untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada pelamar.
d. Terminasi
Bila
waktu wawancara yang tersedia habis, pewawancara perlu memberi isyarat bahwa
wawancara akan segera diakhiri, dalam hal ini sekali lagi komunikasi non verbal
sangat berguna.
e. Evaluasi
Segera
setelah wawacara berakhir, pewawancara harus mencatat jawaban-jawaban tertentu
dan kesan-kesan umum mengenai pelamar. Penilaian ini dapat menggunakan catatan
yang telah disiapkan secara standar. Penggunaan catatan atau daftar standar
akan meningkatkan reliabilitas wawancara sebagai teknik seleksi.
Kesalahan-kesalahan
Wawancara
Ada
berbagai penyebab kesalahan atau perangkap dalam proses wawancara. Kegagalan
untuk mengatasi penyebab-penyebab kesalahan wawancara akan menurunkan
efektivitas wawancara. Berbagai bentuk kesalahan wawancara secara terinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Halo
Effect
Kesalahan ini terjadi bila pewawancara menggunakan informasi
terbatas tentang pelamar untuk berprasangka dalam evaluasi terhadap
karakteristik-karakteristik lain pelamar. Contoh, seorang pelamar yang
mempunyai senyuman menarik (apalagi kalau cantik atau ganteng) dan simpatik
diperlakukan sebagai calon unggul sebelum wawancara dimulai.
b.
Leading
Questions
Kesalahan ini akibat pewawancara mengirimkan “telegram” jawaban
yang diinginkan dengan cara memberi arah pertanyaan-pertanyaan wawancara.
Contoh, “apakah saudara setuju bahwa laba adalah penting?”; “apakah saudara akan menyenangi pekerjaan ini?”
Contoh, “apakah saudara setuju bahwa laba adalah penting?”; “apakah saudara akan menyenangi pekerjaan ini?”
c.
Personal
Biases
Kesalahan ini merupakan hasil prasangka pribadi pewawancara
terhadap kelompok-kelompok tertentu. Contoh, “saya lebih menyukai personalia
penjualan yang berbadan tinggi”; “ada pekerjaan yang hanya pantas untuk pria
dan ada pekerjaan yang hanya pantas untuk wanita”
d.
Dominasi
Pewawancara
Kesalahan ini akibat pewawancara menggunakan waktu wawancara
untuk “membual” kepada pelamar, menyombongkan keberhasilan, atau melakukan
percakapan sosial.
Contoh, penggunaan waktu wawancara untuk menceritakan
rencana-rencana perusahaan, penggunaan waktu wawancara untuk memberitahukan
bagaimana pentingnya pekerjaan pewawancara.
2.8.6.5.4
Pemerikasaan Referensi
Bagaimana
tipe pelamar? Apakah pelamar adalah pekerja yang dapat dipercaya? Bagaimana
sifat-sifat atau kepribadian pelamar? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,
departemen personalia menggunakan berbagai referensi.
Personal
references-tentang karakter pelamar-biasanya diberikan oleh keluarga atau
teman-teman terdekat yang ditunjuk oleh pelamar sendiri atau diminta
perusahaan. Bila referensi diserahkan secara tertulis, pemberi referensi
biasanya hanya menekankan hal-hal positif. Oleh karena itu, referensi pribadi
pada umumnya jarang digunakan.
Employment
references. Mencakup latar belakang atau pengalaman kerja pelamar. Banyak
spesifikasi personalia bersikap skeptis terhadap referensi-referensi tersebut,
karena dalam kenyatannya organisasi sangat jarang untuk mendapatkan referensi
yang benar.
2.8.6.5.5
Evaluasi Medis
Proses
seleksi ini mencakup pemeriksaan kesehatan pelamar sebelum keputusan penerimaan
karyawan dibuat. Pada umumnya, evaluasi ini mengharuskan pelamar untuk
menunjukkan informasi kesehatannya. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh dokter
diluar perusahaan maupun oleh tenaga medis perusahaan sendiri. Evaluasi medis
memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya perawatan kesehatan karyawan dan
asuransi jiwa, mendapatkan karyawan yang memenuhi persayaratan kesehatan fisik
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, atau memperoleh karyawan yang dapat
mengatasi stress fisik dan mental suatu pekerjaan.
2.8.6.5.6
Wawancara Atasan Langsung
Atasan
langsung (penyelia) pada akhirnya merupakan orang yang bertanggungjawab atas
para karyawan baru yang diterima. Oleh karena itu, pendapat dan persetujuan
mereka harus diperhatikan untuk keputusan penerimaan final. Penyelia sering
mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi kecakapan teknis pelamar dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari pelamar tentang pekerjaan tertentu secara lebih
tepat. Atas dasar ini banyak organisasi yang memberikan wewenang kepada
penyelia untuk mengambil keputusan penerimaan final.
Komitmen
para penyelia pada umumnya akan semakin besar bila mereka diajak berpartisipasi
dalam proses seleksi. Partisipasi mereka paling baik diperoleh melalui
supervisory interview. Dengan mengajukan serangkaian pertanyaan, penyelia
menilai kecakapan teknis, potensi, kesediaan bekerjasama, dan seluruh kecocokan
pelamar. Wawancara ini berguna sebagai suatu cara efektif untuk meminimumkan
pertukaran karyawan, karena karyawan telah dapat memahami perusahaan dan
pekerjaannya sebelum mereka mengambil keputusan untuk bekerja pada perusahaan.
2.8.6.5.7
Keputusan Penerimaan
Apakah
diputuskan oleh atasan langsung atau departement SDM, keputusan penerimaan
menandai berakhirnya proses seleksi. Dari sudut pandangan hubungan masyarakat
(public relations), para pelamar lain yang tidak terpilih harus diberitahu.
Departemen personalia dapat mempertimbangkan lagi para pelamar yang ditolak
untuk lowongan-lowongan pekerjaan lainnya karena mereka telah melewati berbagai
macam tahap proses seleksi.
2.8.6.5.8
Hasil Seleksi dan Umpan Balik
Hasil
akhir proses seleksi adalah orang yang diterima sebagai karyawan baru. Bila
masukan-masukan seleksi diperhatikan dengan seksama dan langkah-langkah dalam
proses seleksi diikuti secara benar, maka para karyawan baru akan merupakan
sumber daya manusia yang produktif. Dan karyawan produktif adalah bukti paling
baik suatu proses seleksi yang efektif.
Untuk mengevaluasi baik karyawan baru maupun proses seleksi diperlukan umpan balik. Umpan balik ini mungkin mencakup informasi tentang kepuasan karyawan, perputaran dan absensi, prestasi kerja, kegiatan serikat kerja, atau sikap penyelia. Umpan balik yang konstruktif diperoleh melalui diperoleh melalui serangkaian pertanyaan tertentu. Bagaimana karyawan baru menyesuaikan diri dengan organisasi? Bersikap terhadap pekerjaan? Terhadap karier dimana pekerjaan merupakan salah satu komponen? Dan akhirnya, bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaan? Jawaban-jawaban untuk masing-masing pertanyaan tersebut memberikan umpan balik tentang karyawan baru dan proses seleksi.
Untuk mengevaluasi baik karyawan baru maupun proses seleksi diperlukan umpan balik. Umpan balik ini mungkin mencakup informasi tentang kepuasan karyawan, perputaran dan absensi, prestasi kerja, kegiatan serikat kerja, atau sikap penyelia. Umpan balik yang konstruktif diperoleh melalui diperoleh melalui serangkaian pertanyaan tertentu. Bagaimana karyawan baru menyesuaikan diri dengan organisasi? Bersikap terhadap pekerjaan? Terhadap karier dimana pekerjaan merupakan salah satu komponen? Dan akhirnya, bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaan? Jawaban-jawaban untuk masing-masing pertanyaan tersebut memberikan umpan balik tentang karyawan baru dan proses seleksi.
2.8.6.6
Pengenalan
dan Orientasi
Setelah
diseleksi, karyawan ditempatkan pada suatu pekerjaan dan diperkenalkan dengan
organisasi melalui berbagai bentuk orientasi. Tahap orientasi merupakan
kegiatan pengenalan dan penyesuaian karyawan baru dengan organisasi.
2.9
Latihan
dan Pengembangan Karyawan
Karyawan baru biasanya telah memiliki pendidikan dan
latihan dasar yang diperlukan. Hal itu mereka dapat dari suatu sistem
pendidikan dan pengalaman yang berbuah kemampuan dan kecakapan tertentu.
Manajer harus memulai dengan kondisi yang sekarang untuk membuat karyawan lebih
produktif. Latihan dan pengembangan karyawan bertujuan untuk memperbaiki
efektifitas kerja untuk mencapai tujuan. Latihan digunakan untuk memperbaiki
penguasaan ketrampilan – ketrampilan dan teknik peleksanaan pekerjaan tertentu.
Pengembangan meliputi peningkatan kemampuan, sikap
dan sifat kepribadian. Pengembangan dapat terjadi secara formal atau
informal.Pengembangan karyawan sangat dibutuhkan bagi individu atau organisasi.
Akibat dari pertumbuhan dan perkembangan organisasi adalah organisasi harus
mengeluarkan biaya pengembangan karyawannya, dan juga ‘harga’ yang harus
dibayar karena pemborosan, pekerjaan yang buruk, keluhan dan rotasi
karyawan.Hasil dari pengembangan adalah meningkatka kepuasan kerja karyawan,
karyawan menjadi lebih percaya diri, dan juga memberi nilai tambah bagi
masyarakat dan rekan kerja. Manusia seharusnya tidak boleh berhenti belajar
karena belajar adalah suatu proses seumur hidup. Maka, pengembangan karyawan
harus dinamis dan berkesinambungan.
2.9.1
Faktor-faktor
dalam Latihan dan Pengembangan Karyawan
Metode terbaik tergantung pada
sejauh mana suatu teknik latihan memenuhi faktor-faktor berikut:
2.9.1.1
Efektivitas
Biaya
2.9.1.2
Isi
program yang dikehendaki
2.9.1.3
Kelayakan
fasilitas-fasilitas
2.9.1.4
Preferensi
dan kemampuan peserta
2.9.1.5
Preferensi
dan kemampuan pelatih atau instruktur
2.9.1.6
Prinsip-prinsip
belajar
Tingkat pentingnya keenam “trade off” tersebut tergantung
pada situasi. Manajer perlu mengenal semua teknik latihan dan pengembangan yang
tersedia, agar dapat memilih teknik yang paling tepat untuk kebutuhan, sasaran,
dan kondisi tertentu.
2.9.2
Metode-metode
dalam Latihan dan Perkembangan Karyawan
2.9.2.1 Konsep On the job
a.
Coaching
Atasan memberi
arahan pada bawahan dalam pekerjaan rutin mereka
b. Planned
Progression
Pemindahan karyawan dalam saluran
yang ditentukan melalui tingkatan organisasi yang berbeda
c. Rotasi
Jabatan
Pemindahan karyawan melalui jabatan
– jabatan yang bervariasi
d. Penugasan
sementara
Bawahan ditetapkan pada posisi
manajemen tertentu dengan jangka waktu yang ditetapkan
e. Latihan Instruksi Pekerjaan
Digunakan
untuk melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan mereka sekarang
f. Magang (apprenticeships)
Merupakan
proses belajar dari seorang atau beberapa orang
g. Sistem Penilaian Presentasi Formal
2.9.2.2
Konsep Off The Job
a.
Program Pengembangan Eksekutif
Dimana para
manajer berpatisipasi dalam program program yang di buka untuk umum melalui
penggunaan analisa kasus, simulasi dan metode pengajaran lainnya.
b.
Latihan Laboratorium
Dimana seorang belajar menjadi lebih
sensitif terhadap orang lain, lingkungan dan sebagainya.
c.
Pengembangan Organisasi
Menekankan
pada perubahan, pertumbuhan, dan pengembangan organisasi secara menyeluruh.
2.9.2.3
Metode Simulasi
a. Metode Study Kasus
Deskripsi tertulis suatu situasi pengambilan keputusan nyata
disediakan. Dengan metode kasus, karyawan dapat mengembangkan keterampilan
pengambilan keputusan
b.
Role
Playing
Teknik ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para
karyawan (peserta latihan) untuk memainkan berbagai peran yang berbeda.
Efektivitas metode ini sangat bergantung pada kemampuan peserta untuk memainkan
peranan yang di tugaskan kepadanya
c.
Business
games
Business (management) game adalah suatu simulasi pengambilan
keputusan skala kecil yang di buat sesuai dengan situasi kehidupan bisnis
nyata. Tujuannya adalah untuk melatih para karyawan (manajer) dalam pengambilan
keputusan dan cara mengelola operasi-operasi perusahaan
d.
Vestibule
Training
Bentuk latihan ini dilaksanakan bukan oleh atasan, tetapi
oleh pelatih khusus
Latihan (training)
dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik
pelakasanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Pengembangan (development) mempunyai
ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.
Ada dua tujuan utama program latihan
dan pengembangan karyawan. Pertama, latihan dan pengembangan dilakukan untuk
menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan denga permintaan
jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan
efesiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja
yang telah ditetapkan. Meskipun usaha-usaha ini memakan waktu dan mahal, tetapi
akan mengurangi perputaran tenaga kerja dan membuat karyawan menjadi lebih
produktif.
Manfaat-manfaat latihan adalah
dengan menyadarinya sebagai investasi organisai dan sumber daya manusia.
Latihan dapat digunakan apabila tingkat kecelakaan atau pemborosan tinggi,
semanagat kerja dan motivasi rendah, atau masalah-masalah operasional lainnya
didiagnosa.
Di dalam penilaian pelaksanaan kerja
dilakukan dengan membandingkan antara pelaksanaan kerja perseorangan dan
standar-standar atau tujuan-tujuan yang dikembangkan bagi posisi tersebut.
2.9.3
Pengembangan
Karir
Pengembangan karir (career development)
menurut Mondy meliputi aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu
pada kemajuan jalur karir yang direncanakan. Selanjutnya ada beberapa prinsip
pengembangan karir yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.9.3.1 Pekerjaan
itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pengembangan karir.
Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang
dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada aktivitas rencana pengembangan
formal.
2.9.3.2 Bentuk
pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan
pekerjaan yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor
akan berbeda dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle
manager.
2.9.3.3 Pengembangan
akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh skill yang
sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut dikembangkan lebih
lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah memiliki skill yang
dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.
2.9.3.4 Waktu
yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan
mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional. (Mondy,
1993,p.362 dan 376)
Pengembangan karir (career development)
meliputi perencanaan karir (career planning) dan manajemen karir (career
management). Memahami pengembangan karir dalam sebuah organisasi
membutuhkan suatu pemeriksaan atas dua proses, yaitu bagaimana masing-masing
individu merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan karirnya (perencanaan karir)
dan bagaimana organisasi merancang dan menerapkan program-program pengembangan
karir/manajemen karir.
Perencanaan karir (career planning) adalah
suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil
langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karirnya. Perencanaan karir
melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir dan
penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen karir (career
management) adalah proses dimana organisasi memilih, menilai, menugaskan,
dan mengembangkan para pegawainya guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang
yang berbobot untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang.
(Simamora, 2001:504)
Berdasarkan pengertian di atas maka terdapat tanggung
jawab yang berbeda antara individu/pegawai dan organisasi dalam mengelola karir,
seperti terlihat pada bagan 9.3 di bawah ini :
Pengembangan
Karir
|
|
Individual
|
Institusional
|
Perencanaan Karir
|
Manajemen
Karir
|
Sub-sub Proses
|
Sub-sub
Proses
|
Pilihan bersifat
jabatan
|
Rekrutmen
& seleksi
|
Pilihan
organisasional
|
Alokasi
SDM
|
Pilihan
penugasan pekerjaan
|
Penilaian
& evaluasi
|
Pilihan
pengembangan diri
|
Pelatihan
& pengembangan
|
Sumber: Simamora, 2001: 504.
Berdasarkan
bagan 9.3 tersebut dapat dikatakan bahwa perencanaan karir merupakan proses
untuk :
a.
Menyadari diri
sendiri terhadap peluang peluang, kesempatan-kesempatan, kendala-kendala,
pilihan-pilihan, dan konsekuensi-konsekuensi,
b.
Mengidentifikasi
tujutn-tujuan yang berkaitan dengan karir,
c.
Penyusunan
program kerja, pendidikan, dan yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman
yang bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu, dan urutan
langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan karir. Manajemen karir merupakan
proses berkelanjutan dalam penyiapan, penerapan, dan pemantauan rencana-rencana
karir yang dilakukan oleh individu seiring dengan sistem karir organisasi.
Pendapat
lain yang signifikan dengan teori pengembangan karir di atas menyebutkan bahwa
pengembangan karir pada dasarnya meliputi dua proses utama, yaitu perencanaan
karir dan manajemen karir (Irianto, 2001: 92).
Perencanaan
karir terfokus pada individu/pegawai, sedangkan manajemen karir terfokus pada
organisasi. Manfaat perencanaan karir bagi pegawai adalah setiap
individu/pegawai dapat memahami dan mengidentifikasi tujuan karir yang
diinginkan. Sementara itu, manfaat bagi organisasi adalah dapat
mengkomunikasikan peluang karir pada para karyawan dan memperoleh kesesuaian yang lebih baik antara
aspirasi karyawan dengan peluang organisasi.
a.
Kedudukan Pengembangan Karir
Manajemen Sumber
Daya Manusia, sebagai ilmu terapan dari ilmu manajemen memiliki fungsi-fungsi
yang sama dengan fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian. Disamping fungsi-fungsi pokok tersebut, MSDM
memiliki beberapa fungsi-fungsi operasional. Bambang Wahyudi mengemukakan tiga
lingkup kegiatan dalam MSDM yang didasarkan berbagai pandangan beberapa ahli
tentang fungsi-fungsi operasional tersebut.
Tiga lingkup
kegiatan tersebut adalah pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan sumber daya
manusia untuk mencapai sasaran akhir yaitu pendayagunaan SDM secara optimal.
Pengadaan dan pengembangan SDM diarahkan untuk menjamin syarat dasar kemampuan
kerja (ability to work), sedangkan pemeliharaan SDM diarahkan untuk menjamin
syarat dasar kemauan kerja (willingness to work). Kedua-duanya diperlukan untuk
mencapai prestasi kerja yang baik.
Dalam ruang
lingkup MSDM yang dikemukakan oleh Bambang Wahyudi tersebut, Pengembangan Karir
merupakan subfungsi dari Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resources
Development). Subfungsi yang lainnya adalah Pelatihan dan Pengembangan
(Training and Development). Dengan demikian jelaslah bahwa pengembangan karir
diperlukan untuk menjamin aspek kemampuan kerja seorang tenaga kerja untuk
menunjukkan prestasi kerja yang diharapkan.
Apa
yang dibutuhkan para karyawan sehubungan dengan karir mereka? Sebuah studi
tentang sekelompok karyawan mengungkapkan lima faktor yang terkait dengan karir
yaitu sebagai berikut :
(Keith Davis dan
Werther,W.B; 1996)
1.
Keadilan dalam
Karir
Para karyawan menghendaki keadilan dalam
sistem promosi dengan kesempatan sama untuk peningkatan karir.
2.
Perhatian dengan
Penyeliaan
Para karyawan menginginkan para penyelia
mereka memainkan perannya secara aktif dalam pengembangan karir dan menyediakan
umpan balik dengan teratur tentang kinerja.
3.
Kesadaran
tentang Kesempatan
Para karyawan menghendaki pcngetahuan
tentang kesempatan untuk peningkatan karir.
4.
Minat Pekerja
Para karyawan membutuhkan sejumlah
informasi berbeda dan pada kenyataan; memiliki derajat minat yang berbeda dalam
peningkatan karir yang tergantung pada beragam faktor.
5.
Kepuasan Karir
Para karyawan, tergantung pada usia dan
kedudukan mereka, memiliki kepuasan berbeda. Program karir yang efektif harus
mempertimbangkan perbedaan persepsi keinginan para karyawan. Apa yang pekerja
harapkan dari program karir dikembangkan; olch departemen SDM sesuai dengan
ragam faktor usia, jenis kelamin, kedudukan pendidikan, dan faktor-faktor
lainnya.
Dalam
pengembangan karir perlu dipahami dua proses, yaitu bagaimana seseorang
merencanakan dan mengimplementasikan tujuan karirnya sendiri (cereer planning)
dan bagaimana institusi merancang dan mengimplementasikan program pengembangan
karirnya (career management).
Pengembangan
karir dapat dilihat dari dua perspektif ini yaitu individu dan institusi.
Perencanaan karir seseorang yang berpusat pada individu adalah perencanaan yang
lebih berfokus pada karir individu, sedangkan yang berpusat pada institutsi adalah
yang fokus pada pekerjaan dan pengidentifikasian jalan karir yang memberikan
kemajuan yang logis atas orang-orang di antara pekerjaan dalam organisasi.
Career
planning (perspektif individu) menekankan pada kesadaran seseorang agar lebih
peduli pada kemampuan, minat, nilai, kesempatan, hambatan, pilihan dan
konsekuensi yang dimilikinya. Hal ini menyangkut subproses : pilihan pekerjaan,
pilihan organisasi, pilihan penugasan dan pengembangan karir sendiri. Sedangkan
career management (perspektif institusi) menyangkut proses yang dilakukan oleh
organisasi dalam mempersiapkan, mengimplementasikan dan mengontrol rencana
karir seseorang dalam organisasi. Subprosesnya adalah rekrutmen dan seleksi,
pengalokasian SDM, penilaian dan evaluasi, pelatihan dan pengembangan.
Dari
kedua perspektif itu muncul career development system (sistem pengembangan
karir) sebagai usaha yang formal, terorganisasi dan terencana untuk mencapai
keseimbangan antara kebutuhan karir individu dan keperluan tenaga kerja
organisasi. Pengembangan karir dirancang untuk meningkatkan kepuasan karir
seseorang dan efektifitas organisasi (Bernardin, 194).
Meskipun
tujuan dan perspektif karir dalam perencanaan karir mungkin berbeda untuk
institusi/organisasi dan karyawan, ada tiga persoalan bagi keduanya, yaitu masa
stabil karir, pekerja teknis dan pekerja profesional, serta karir rangkap dua (Mathis,
348). Pada masa stabil karir, seseorang merasakan akan kurangnya
peluang untuk naik pangkat. Pekerja teknis dan pekerja profesional kebanyakan
ingin tetap berada dalam dunia teknis mereka daripada masuk kedalam jajaran
manajemen. Karir rangkap dua ialah organisasi menyediakan dua jalur karir bagi
mereka yang ingin masuk ke manajemen dan yang tetap dijalur teknis, ini sebagai
upaya menyelesaikan permasalahan tersebut.
Selain
itu ada hal-hal yang tidak disukai oleh individu atas sejumlah perubahan
inisiatif tindakan organisasi, yaitu (Bernardin, 195):
1.
Downsizing,
Penghilangan
pekerjaan dari organisasi
2.
Delayering,
Pengklasifikasian
kembali pekerjaan menjadi lebih umum
3.
Decentralizing,
Desentralisasi
tanggung jawab ke setiap lokasi atau tingkat lebih bawah
4.
Reorganization,
Organisasi lebih
fokus kepada pekerjaan inti
5.
Cost-related
strategies,
Beberapa
pekerjaan dikerjakan dengan sedikit sumber daya
6.
IT innovation,
Memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi
7.
Competitive
measurement,
Keterampilan
pegawai diredefinisi atau diukur dengan cara yang berbeda
8.
Performance-related
pay,
Kompensasi
dikaitkan dengan kinerja dan digunakan sebagai motivator.
Oleh
karena adanya dua perspektif itu, maka sistem pengembangan karir perlu
dirancang secara baik agar kebutuhan individu dan organisasi dapat secara
optimal terpenuhi. Adapun komponen-komponen sistem pengembangan karir adalah (Bernardin
198-210):
1.
Self-Assessment
Tools,
Alat penilaian yang digunakan untuk
menentukan karir
2.
Individual
Counseling,
Yang membantu karyawan merencanakan
karirnya melalui konseling
3.
Information
Service,
Tersedianya informasi dan sistem
komunikasi dalam organisasi
4.
Organizational
Assessment Program,
Berupa metode menilai potensi
pengembangan karyawan untuk tumbuh dan berkembang dalam organisasi
5.
Development
Programs,
Program-program pelatihan dan
pengembangan dalam organisasi
6.
Career Program
for Special Target Group,
Program karir bagi
pribadi-pribadi yang memiliki kekhususan
b.
Penyusunan Program Pengembangan Karir
Program
pengembangan karir haruslah menghasilkan keuntungan baik bagi individu maupun
organisasi. Edwin B. Flippo mengemukakan ada tiga unsur yang harus
diperhatikan dalam langkah penyusunan program pengembangan karir yaitu:
1.
Career need
assessment,
2.
Career
opportunities, dan
3.
Need-opprtunities
alignment.
Menaksir
kebutuhan karir (career need assessment) perlu dilakukan oleh organisasi dalam
membantu setiap pegawainya untuk mengambil keputusan yang tepat tentang
pengembangan karirnya. Selanjutnya organisasi harus memberikan informasi
tentang kesempatan karir yang tersedia (career opportunities). Dengan demikian
pegawai dapat mengetahui dengan jelas berbagai kemungkinan jabatan yang dapat
didudukinya. Pada akhirnya dilakukan penyesuaian diantara keduanya
(need-opprtunities alignment). Dalam pelaksanaannya, penyesuaian itu dapat
dilakukan dengan bantuan program mutasi atau pelatihan dan pengembangan
pegawai.
c.
Rencana Jenjang Karir
Dengan memperhatikan ketiga unsur dalam program
pengembangan karir, kemudian disusunlah suatu rencana jenjang karir (career
path plan), yaitu :
Mutasi Personal
Penyesuaian antara kebutuhan individu dan organisasi
dalam pengembangan karir dapat ditempuh dengan cara mutasi personal. Mutasi
personal (personal transfer) diartikan sebagai perubahan
posisi/jabatan/pekerjaan/tempat kerja seseorang tenaga kerja baik secara
vertikal maupun horizontal (Bambang Wahyudi, 166). Sementara
Noe et al. menyebutkan transfer adalah perpindahan seorang pegawai ke pekerjaan
lain yang ditugaskan ditempat yang lain diperusahaan (Noe, 392).
Dalam mutasi personal dimungkinkan dilakukan penyesuaian
melalui pemindahan dari satu jabatan ke jabatan yang lain sesuai jalur
pengembangan karir yang diinginkan atau tersedia.
Adapun tujuan
mutasi personal adalah :
Ø Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan
jabatan yang ada dalam organisasi, sehingga dapat menjamin terjadinya kondisi
ketenagakerjaan yang stabil.
Ø Membuka kesempatan untuk pengembangan karir. Tujuan
ini dimaksudkan untuk mendorong atau merangsang tenaga kerja agar berupaya
menjangkau karir yang lebih tinggi.
Ø Memperluas dan menambah pengetahuan.
Ø Memperluas wawasan pengetahuan merupakan kebutuhan
yang perlu mendapat perhatian dalam suatu organisasi.
Ø Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan.
Ø Kebosanan dan kejenuhan akan menimbulkan tenaga
kerja yang bersangkutan terjebak pada rutinitas kerja dan menurunkan gairah
serta semangat kerjanya.
Ø Memberikan imbalan terhadap prestasi kerja.
Ø Suatu mutasi personal dapat dipergunakan untuk
memberikan imbalan sebagai penghargaan kepada tenaga kerja yang berprestasi.
Ø Membuka kesempatan terjadinya persaingan dalam
meningkatkan prestasi kerja.
Ø Sebagai pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran.
v Bentuk-bentuk
Mutasi Personal
Berbagai bentuk mutasi personal dapat dipergunakan
dalam suatu organisasi yang secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam 2
(dua) golongan, yaitu Mutasi Vertikal dan Mutasi Horizontal.
1. Suatu mutasi vertikal diartikan sebagai semua bentuk
perubahan posisi/jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi atau lebih rendah
tingkatannya yang biasanya diikuti dengan perubahan dalam pendapatannya. Bentuk
mutasi vertical antara lain :
a. Promosi
Suatu promosi diartikan sebagai perubahan
posisi/jabatan/pekerjaan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih
tinggi. Perubahan ini biasanya akan diikutiakan diikuti dengan meningkatnya
tanggung jawab, hak, serta status sosial seseorang.
b. Demosi
Demosi merupakan suatu bentuk mutasi vertikal yang
berupa penurunan pangkat/posisi/jabatan/pekerjaan ke tingkat yang lebih rendah.
c. Penangguhan Kenaikan Pangkat
Penangguhan kenaikan pangkat terjadi sebagai akibta
dari ketidakmampuan seorang tenaga kerja melaksanakan tugas dalam jabatannya,
karena pelanggaran disiplin, atau terkena hukuman pidana.
d. Pembebastugasan
Pembebastugasan atau lebih dikenal dengan skorsing
merupakan bentuk mutasi vertikal yang dilakukan dengan membebastugaskan seorang
tenaga kerja dari posisi/jabatan/pekerjaannya, tetapi masih mempearoleh
pendapatan secara penuh.
e. Pemberhentian
Pemberhentian atau retiring merupakan bentuk mutasi
vertikal yang paling akhir berupa pemberhentian seorang tenaga kerja dari
posisi/jabatan/pekerjaan yang sekaligus diikuti dengan pemutusan hubungan kerja
dan pemnberhentian pembayaran pendapatannya (upah/gaji).
2. Mutasi
Horizontal
Sedangkan
mutasi horizontal diartikan sebagai setiap perubahan posisi/jabatan/pekerjaan
yang lain tetapi masih dalam tingkat/level manajemen yang sama. Berdasarkan
tujuannya:
a. Job
Rotation
Suatu
job rotation atau perputaran jabatan mearupakan suatu bentuk mutasi personal
dengan tujuan antara lain untuk menambah pengetahuan seorang tenaga kerja dan
menghindarkan terjadinya kejenuhan. Bentuknya adalah tour of area, tour of duty
dan rehabilitasi.
b. Production
Transfer
Suatu
bentuk mutasi horizontal yang ditujukan untuk mengisi kekosongan pekerja pada
suatu posisi/jabatan/pekerjaan tertentu yang harus segera diisi agar
kontinuitas produksi dan peningkatannya dapat terjamin.
c. Replacement
Transfer
Suatu
penggantian tenaga kerja dalam organisasi yang ditujukan untuk mempertahankan
tenaga kerja yang berpengalaman dengan cara mengganti pekerja-pekerja yang
baru.
d. Versatility
Transfer
Versatility
transfer merupakan suatu bentuk mutasi horizontal yang bertujuan untuk
menempatkan tenaga kerja yang memiliki kecakapan tertentu pada jabatan-jabatan
yang memang membutuhkan kecakapan tersebut.
e. Shift
Transfer
Suatu
bentuk mutasi horizontal berupa pemindahan sekelompok tenaga kerja yang
melaksanakan suatu pekerjaan/jabatan yang sama.
f. Remidial
Transfer
Merupakan
suatu bentuk mutasi horizontal yang bertujuan untuk menempatkan seorang tenaga
kerja pada jabatan/posisi/pekerjaan yang sesuai dengan kondisi kerja yang
bersangkutan.
3.
Berdasarkan
sumber gagasan dilakukannya mutasi :
a. Personal Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal yang
terjadi atas kehendak/keinginan tenaga kerja yang bersangkutan.
b. Production Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal yang
terjadi atas prakarsa organisasi sendiri, misalnya karena alasan untuk
meningkatkan produktivitas, reorganisasi dan alasan lainnya.
4.
Berdasarkan
jangka waktu pelaksanaan mutasi:
a. Temporary Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal yang
dilakukan dengan memindahkan untuk sementara waktu seorang tenaga kerja pada
jabatan tertentu sampai pejabat yang definitif menempati posnya.
b. Permanent Transfer
Sebagai kebalikan dari temporary
transfer, dalam permanent transfer pemindahan seorang tenaga kerja dilakukan
untuk jangka waktu lama dan bersifat difinitif.
c.
Formula
Pengembangan Karir
Menurut Richard Leider, seorang Career
Consultant dari Amerika Serikat formula untuk membuat pilihan karir Anda yang
dapat membantu mewujudkan rencana Anda adalah menggunakan rumus
T + 2P + E + V
Artinya :
T = Talent atau
bakat
Untuk
mengetahui bakat Anda mudah saja, tanyakan diri Anda apa kelebihan dan
kelemahan Anda? Bagaimana Anda memfokuskan kelebihan Anda dan mengatur
kelemahan Anda ?
Percayakah
Anda bahwa mayoritas orang tidak memanfaatkan bakat mereka. Mereka tidak
memilih karir, karir yang memilih mereka. Mereka tenggelam dalam setumpuk
pekerjaan tertentu karena memang mereka harus bekerja, atau seseorang bilang
mereka bagus dalam pekerjaan itu.
Orang
muda cenderung memulai karir dari jalan yang terbuka, terlepas karir itu cocok
dan sesuai dengan bakatnya ataupun tidak. Memang tidak bisa disalahkan karena
tuntutan jaman telah membuat orang mengambil kesempatan yang belum tentu sesuai
bakatnya. Kemudian sebelum disadari, pekerjaan tersebut sudah mengambil
setengah dari hidup mereka. Lalu muncul pertanyaan, “Mengapa saya melakukan
pekerjaan ini? Mengapa saya memulai jalan karir ini, mengapa saya tidak
mengikuti bakat saya?”
Penyesalan
tiada berarti. Anda menyesal berarti Anda rugi 2 kali, pertama karena salah
jalan dan yang kedua karena Anda menyesali. Lebih baik, sejak awal Anda
pertanyakan kembali apa bakat Anda dan cari pekerjaan yang sesuai.
2P= Passion dan Purpose, artinya
Gairah dan Tujuan
Aristoteles
pernah berkata, “Dimana kebutuhan duniamu dan bakatmu bertemu, terletaklah
panggilan hidup Anda!” Wah ini berarti Anda perlu juga bertanya ke diri Anda
tentang apa yang perlu dilakukan dalam organisasi Anda. Apa yang Anda tuju
adalah tujuan dimana semua keinginan itu berkumpul dan Anda memiliki gairah
untuk mencapainya. Tentu saja gairah atau pun minat Anda akan lebih cepat
sampai ke tujuan bila bergabung dengan bakat yang dimiliki.
Tempatkan
bakat Anda untuk bekerja pada area dari kebutuhan yang Anda percaya. Memilih
pekerjaan bagi Anda tentu merupakan kesempatan yang lebih bermakna dari sekedar
bangun pagi dan membayar tagihan handphone.
E = Environment berarti lingkungan
Ternyata
lingkungan kerja juga mempengaruhi pengembangan karir Anda. Apa yang akan
terjadi bila Anda bekerja di tempat yang tidak sesuai dengan gaya kerja dan
temperamen Anda ?. Bisa-bisa kemampuan Anda yang seharusnya berada di atas
rata-rata tidak muncul dan bahkan dapat membuat Anda kehilangan energi.
Kecocokan
antara bakat, gairah kerja dan tujuan didukung dengan lingkungan kerja yang
sesuai mampu meningkatkan energi bekerja yang hebat dan karir Anda pun dapat
melejit. Lingkungan yang mendukung seseorang mengekspresikan diri dapat memberi
suntikan energi dalam melakukan pekerjaan.
V = Vision atau
pandangan
Ini
adalah elemen terakhir yang dapat mendongkrak karir Anda. Dengan melakukan
visioning atau mencoba memandang masa depan, berarti melihat karir Anda di masa
mendatang.
Bakat,
tujuan, gairah kerja dan lingkungan adalah semua tentang gaya bekerja dan
pilihan pekerjaan. Dengan kata lain, Visi menggambarkan bagaimana pekerjaan
cocok untuk Anda sepanjang hidup Anda. Memang tidak mudah untuk mencapai Visi
yang jelas dari tiap-tiap orang, tetapi ini bukan berarti tidak layak untuk di
coba.
2.10
Pemberian Jasa dan penghargaan
Pemberian jasa dan penghargaan yang
disediakan bagi karyawan sebagai kompensasi pelaksanaan kerja dan sebagai
motivasi bagi pelaksanaan di waktu yang akan datang.
2.10.1 Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan
dengan pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang
akan datang. Dalam pemberian kompensasi ini harus memperhatikan prinsip keadilan,
yaitu pada bagaimana mereka melihat nilai relatif dibandingkan yang lain yang
berdasarkan pada tanggung jawab yang diemban, kemampuan yang dimiliki,
produktivitas dan kegiatan-kegiatan manajerial.
2.10.2 Penentuan Kompensasi
Kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek
manajeman ditentukan oleh interaksi dari tiga factor yaitu :
a. Kesediaan
membayar sesuai
dengan pengorbanan yang diberikan kepada organisasi atau perusahaan
b. Kemampuan
membayar yang
tergantung pada pendapatan yang diterima oleh perusahaan yang tidak lepas dari
produktivitas karyawan
c. Persyaratan-persyaratan
pembayaran yang
tergantung pada kondisi perusahaan, peraturan pemerintah, serikat kerja,
kondisi permintaan dan penawaran tenaga kerja dari para pesaing
2.10.3
Bentuk-bentuk
Pembayaran
Banyak karyawan dibayar (dalam Kas) pada setiap akhir hari
kerja berdasarkan jumlah jam kerja. Namun dipihak lain banyak juga yang dibayar
berdasarkan jam kerja yang diterima pada akhir minggu. Bentuk pembayaran ini
disebut dengan upah harian. Disamping itu ada bentuk upah insentif (seperti
bonus dan komisi) banyak dipakai pada karyawan bagian produksi dan penjualan.
Banyak juga perusahaan mempunyai rencana pembagian laba (profit sharing plan),
dimana karyawan menerima sejumlah prosentase tertentu dari laba perusahaan
sebagai pendapatan ekstra.
2.10.4 Tujuan Administrasi Kompensasi
a.
Memperoleh personalia yang qualified
b.
Mempertahankan para karyawan yang
ada sekarang
c.
Menjamin keadilan
d.
Menghargai perilaku yang diinginkan
e.
Mengendalikan biaya
f.
Memenuhi peraturan
2.10.5
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kebijakan Kompensasi
a.
Suplai dan permintaan tenaga kerja
b.
Serikat karyawan
c.
Produktivitas
d.
Kesediaan untuk membayar
e.
Kemampuan untuk membayar
f.
Kebijaksanaan pengupahan dan penggajian
g.
Kendala-kendala pemerintah
2.10.6
Sistem
Penentuan Komoensasi Melalui Evaluasi Kerja
a. Metode Non Kuantitatif
-
Job
Ranking
Pekerjaan atau jabatan dalam sebuah
perusahaan dibuat urutan
-
Job
Grading
Grade atau tingkat dibut berdasarkan
deskripsi standart
b. Metode Kuantitaf
-
Metode perbandingan factor
-
Point system
2.11
Penentuan
Kebutuhan Jabatan
Penyusun personalia organisasi
dimulai dengan :
a.
Penentuan tujuan dan rencana
organisasi.
b.
Penentuan spesifikasi jabatan (job
specification) jenis-jenis jabatan dan keterampilan yang dibutuhkan.
c.
Meramalkan jumlah karyawan yang
dibutuhkan dimasa mendatang.
d.
Persediaan karyawan untuk melaksakan
berbagai kegiatan.
Penentuan spesifikasi jabatan yaitu
hasil dari proses analisa jabatan (Job Analysis) yang terdiri dari penetuan
keahlian dan ketrampilan yang dipunya, tanggung jawab, pekerjaan mengenai
pekerjaannya, wewenang yang di milikiserta hubungan yang ada dalam setiap
jabatan jabatan dalam suatu organisasi. Proses analisa jabatan juga
menghasilkan deskripsi jabatan. Deskripsi jabatan (job description) yaitu hasil
pernyataan tertulis dari analisa jabatan yang terdiri atas tugas dan wewenang
serta hubungan lini organisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan masalah yang telah kami sampaikan di
atas tadi maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Staffing bukanlah kegiatan
manajemen yang mudah,perlu banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus
dijalankan dan tentunya harus akurat,karena jika terjadi kekeliruan maka akan
menimbulkan kekacauan dalam pekerjaan yg akhirnya menimbulkan ketidak
profesioanalan. Staffing dan organizing sangat erat hubungannya. Organizing
yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung berbagai kegiatan yang
harus dilaksanakan pada suatu organisasi, sedangkan staffing berhubungan dengan
penerapan orang-orang yang akan memangku masing-masing jabatan yang ada dalam
organisasi tersebut.
3.2
Saran
Bertolak dari strategi dalam
Manajemen Staffing ,maka penyusun memberikan saran sebagai berikut :
1. Patuhilah segala aturan/tips-tips dalam
manajemen staffing sebagai landasan dalam meniti sebuah keprofesionalan dalam
pekerjaan.
- Banyaklah
belajar dari seorang yang sudah terbukti mampu menangani masalah
ini,karena pengalaman adalah guru yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar